
Cara Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Tekanan Sosial Digital
Di era digital seperti sekarang, kehidupan kita hampir tidak bisa dilepaskan dari media sosial dan dunia maya. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur malam, banyak orang menghabiskan waktu dengan scrolling Instagram, membalas pesan WhatsApp, menonton TikTok, atau mengikuti tren Twitter (X). Meskipun kehadiran teknologi memberikan banyak kemudahan, tekanan sosial digital yang timbul juga tak bisa dianggap remeh, terutama terhadap kesehatan mental.
Perbandingan hidup, FOMO (fear of missing out), cyberbullying, hingga tekanan untuk tampil “sempurna” di media sosial dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Di tengah arus informasi yang deras dan tekanan sosial yang halus tapi nyata, menjaga kesehatan mental menjadi kebutuhan yang sangat penting di tahun 2025 ini.
Berikut adalah cara-cara menjaga kesehatan mental agar tetap stabil dan sehat, meskipun hidup di tengah tekanan sosial digital yang semakin masif.
1. Batasi Waktu di Media Sosial
Salah satu cara paling efektif untuk menjaga kesehatan mental di era digital adalah dengan membatasi paparan terhadap media sosial. Semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk melihat kehidupan orang lain, semakin besar pula kemungkinan munculnya rasa minder, iri, atau tidak puas terhadap hidup sendiri.
Tips:
> Gunakan fitur screen time di smartphone untuk memantau dan membatasi durasi penggunaan aplikasi.
> Tentukan waktu khusus untuk membuka media sosial, misalnya hanya 2–3 kali dalam sehari.
> Terapkan digital detox di akhir pekan atau sebelum tidur agar pikiran bisa istirahat dari dunia maya.
2. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Salah satu dampak terbesar dari media sosial adalah kecenderungan untuk membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain. Sayangnya, yang kita lihat di media sosial hanyalah potongan terbaik dari kehidupan seseorang, bukan gambaran utuhnya.
Ingat bahwa:
> Foto liburan yang mewah belum tentu berarti hidup bahagia.
> Kehidupan pasangan romantis di Instagram tidak selalu mencerminkan kenyataan.
> Prestasi orang lain bukan berarti kegagalan untukmu.
Setiap orang punya waktu dan jalannya masing-masing. Bandingkan dirimu dengan dirimu sendiri di masa lalu, bukan dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna di internet.
3. Konsumsi Konten yang Sehat dan Positif
Media sosial sebenarnya bisa menjadi ruang yang menyenangkan jika kamu tahu cara memanfaatkannya. Salah satu caranya adalah dengan menyaring konten yang kamu konsumsi setiap hari.
Lakukan ini:
> Unfollow akun-akun yang membuat kamu merasa tidak cukup atau insecure.
> Ikuti akun yang menyebarkan konten positif seperti motivasi, edukasi, kesehatan mental, dan self-love.
> Blokir atau mute akun yang toxic, penuh drama, atau memicu amarah.
Ingat, kamu punya kontrol penuh atas informasi yang masuk ke dalam pikiranmu.
4. Bangun Interaksi Sosial Nyata
Salah satu dampak dari kecanduan media sosial adalah berkurangnya interaksi sosial secara nyata. Padahal, berkomunikasi langsung dengan teman atau keluarga bisa menjadi sumber kekuatan emosional yang sangat besar.
Coba lakukan:
> Atur waktu hangout tanpa gadget bersama teman dekat.
> Sering telepon atau video call orang tua atau saudara.
> Ikut komunitas offline yang sesuai hobi seperti olahraga, seni, atau diskusi buku.
Interaksi sosial yang sehat membantu mengurangi rasa kesepian dan memperkuat support system kamu.
5. Kenali dan Atasi Emosi Negatif
Saat kamu merasa cemas, sedih, kesepian, atau stres karena dunia digital, jangan abaikan emosi itu. Mengenali dan menerima emosi adalah langkah pertama dalam menjaga kesehatan mental.
Cara mengelolanya:
> Tuliskan isi hati di jurnal harian untuk melepaskan emosi.
> Lakukan teknik pernapasan dalam, meditasi, atau mindfulness untuk menenangkan pikiran.
> Bicarakan dengan orang yang dipercaya jika kamu merasa terbebani.
Jangan anggap lemah jika kamu merasa rapuh. Justru, berani mengakui perasaan adalah bentuk kekuatan.
6. Prioritaskan Kegiatan yang Menyehatkan Jiwa
Bukan hanya makanan sehat dan olahraga, kegiatan yang membuat hati bahagia juga penting. Di tengah tekanan sosial digital, kamu perlu kegiatan yang mengisi ulang energi mental dan emosional.
Beberapa ide aktivitas menenangkan:
> Membaca buku favorit
> Merawat tanaman
> Mendengarkan musik lo-fi atau instrumental
> Menulis puisi atau cerita pendek
> Melukis atau menggambar bebas
> Jalan santai di taman
Aktivitas sederhana ini bisa membuatmu lebih terkoneksi dengan diri sendiri dan mengurangi tekanan dari dunia digital.
7. Cari Bantuan Profesional Jika Diperlukan
Jika kamu merasa tekanan terlalu berat dan mulai mengganggu aktivitas harian seperti tidur terganggu, kehilangan motivasi, atau menarik diri dari lingkungan sosial, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
Kini, layanan konseling atau psikolog semakin mudah diakses secara daring. Banyak aplikasi dan platform yang menyediakan terapi online dengan harga terjangkau.
Mencari bantuan bukan tanda kelemahan, melainkan langkah bijak untuk menjaga diri. Sama seperti ke dokter saat sakit fisik, kamu juga berhak mendapatkan bantuan saat kesehatan mentalmu terganggu.
Penutup
Menjaga kesehatan mental di tengah tekanan sosial digital memang bukan hal yang mudah, tapi juga bukan mustahil. Dunia digital akan terus berkembang, tapi kamu bisa memilih bagaimana menyikapinya. Batasi konsumsi media sosial, jaga interaksi sosial yang nyata, konsumsi konten yang sehat, dan berani meminta bantuan saat dibutuhkan.
Ingat, kamu tidak harus selalu tampil sempurna. Kamu hanya perlu menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri—dengan menerima setiap emosi, menjaga batasan pribadi, dan mencintai dirimu apa adanya. Di tengah gempuran digital, mereka yang bisa menjaga mentalnya tetap sehat adalah pemenang sejati.